Selasa, 29 Juli 2008

Gugat Peran Pabrik Rokok

Suara Merdeka 27 Agustus 2005
Menggugat Peran Pabrik Rokok
Oleh: M Basuki Sugita
COBA tengok program acara televisi swasta nasional setiap hari, utamanya selepas pukul 21.00. Bertaburan ragam acara menarik yang disponsori perusahaan rokok (PR), termasuk pabrik yang berdomisili di Kudus.
Mulai acara bertajuk panggung rakyat, musik, dagelan, sampai dunia olahraga khususnya sepak bola. Boleh dikatakan selepas pukul 21.00 kehidupan televisi swasta "tergantung" kebaikan hati para juragan rokok kretek terutama dari Kudus.
Kompetisi Seri A Italia, Premiership Inggris, La Liga Spanyol, babak kualifikasi Liga Champion, sampai Piala Libertadores bisa disaksikan gratis jutaan pecandu sepak bola Tanah Air berkat guyuran uang majikan di Kudus.
Bahkan, salah seorang majikan rokok Kudus bersedia menjadi sponsor tunggal kompetisi sepak bola nasional.
Kita bisa nonton konser live grup musik seperti Dewa, Padi, dan Jikustik - gratis pula - dari rumah, juga dari sebagian hasil keuntungan penjualan rokok kretek. Grup musik mancanegara seperti Deep Purple, Blue, dan Westlife bisa manggung di Jakarta juga karena rokok. Kalau para juragan rokok di Kudus tidak royal keluar uang, tayangan acara televisi jadi sepi.
Jika ada data resmi kota tingkat kabupaten di Tanah Air yang sering nongol di layar televisi, maka Kudus akan menduduki peringkat teratas. Slogan "Kudus Kota Kretek" selain untuk menyiasati pembatasan jam tayang iklan rokok, juga membangkitkan kebanggaan warga Kudus.
Harus diakui roda ekonomi Kudus sangat tergantung maju mundurnya perusahaan rokok kretek. Di Kudus terdapat puluhan PR baik berskala kecil, menengah sampai kelas besar. Sebagian besar di antaranya merupakan perusahaan yang dapat digolongkan PR rumahan dan musiman.
Artinya, hanya punya buruh kurang dari lima orang saja dan berproduksi pada bulan-bulan tertentu saja. Untuk PR kelas besar dan bermodal kuat tergabung dalam Persatuan Perusahaan Rokok Kudus (PPRK).
Dari sekitar 120.000 buruh berbagai sektor industri di Kabupaten Kudus, sebagian besar (sekitar) 90.000 orang merupakan buruh rokok kretek. Mayoritas buruh rokok sendiri merupakan buruh borong.
Meski hanya didukung belasan perusahaan saja, PR yang tergabung di PPRK mencapai hampir 90 persen buruh rokok Kudus. Sehingga kebijakan PPRK sangat memengaruhi nasib dan taraf hidup sebagian besar warga Kudus.
Selama ini bidang pendidikan belum sekalipun tersentuh kesepakatan kerja bersama (KKB) antara PPRK sebagai wakil perusahaan dan wakil buruh di Serikat Pekerja (SP) Pengurus Cabang (PC) Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (RTMM) Kudus.
Kita ketahui bersama maju mundurnya suatu bangsa selain diukur dari sisi tingkat usia juga sejauh mana kualitas pendidikan yang dimilikinya.
Sumbangsih pendidikan bagi keluarga besar buruh rokok kretek akan memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kualitas pendidikan di Kudus pada umumnya.
Dibutuhkan kearifan dan kebijaksanaan penuh untuk mendukung ide sekolah anak-anak buruh rokok. Memang tidak salah majikan PR keluar uang miliaran rupiah di televisi. Karena dari iklan inilah nanti dipetik keuntungan di kemudian hari untuk membiayai perusahaan. (54)
Penulis adalah guru Matematika SMP Keluarga Kudus.

1 komentar:

Josh mengatakan...

Memang sih, rokok ama pendidikan jauh korelasinya.
Tapi kalo bisa menyumbang dana pendidikan... nanti jadi bingung nggak ya?